Nahnu Duat
Qabla Kulli Syai’
Bagi anak Komunikasi dan Penyiaran Islam kalimat Nahnu Duat Qabla Kulli Syai’ sudah sering kali didengarkan alias sudah menjadi sarapan setiap waktu. Kalimat ini ampuh membangun semangat atau tasyji’ dalam setiap menjalankan amanah dakwah di daerah-daerah tempat tugas.
Lalu, apakah
arti dari kalimat tersebut? Nahnu Du’aat Qabla Kulli Syai’ ialah Kami Dai
sebelum sebagai yang lainnya. Artinya, sebagai apa dan menjadi apapun mereka
saat ini atau kelak himmah dakwahnya tetap menyatu dalam pribadinya.
Ia boleh
menjadi pejabat negara, pegawai pemerintahan, pegawai swasta, direktur
perusahaan, menjadi atasan atau bahkan menjadi bawahan, semangat dalam mengajak
kepada kebaikan terus Ia tularkan kepada siapa pun.
Dalam menjalankan
fungsi dan perannya sebagai Dai, Ia bukan hanya dituntut mengunggulkan sisi
retorikanya saja dalam hal ini kemampuan dia dalam berbicara, mengusai panggung
semata, memikat Ketika sedang berceramah tapi hal yang lain yang tidak bisa
dikesampingkan adalah retorika budi pekerti. Sebagaimana yang telah disampaikan
oleh Dr. Abbas Baco Miro, Lc., MA
“Sehebat bagaimanapun retorika lisan dalam
memengaruhi tapi, takkan mampu mengalahkan retorika budi pekerti. Karena Ia
mampu memengaruhi orang untuk tunduk dengan sukarela, tidak dengan terpaksa.”
Betapa banyak
orang yang bisa unggul dalam retorika berbicara, bahkan Ia sangat terkenal atas
kemampuannya itu. Tapi daya pengaruhnya tidak sampai memberi dampak kepada
banyak orang. Bahkan hanya menjadi kekaguman saat masih berada dalam forum saja
atau saat mendengarkan saja, tapi pengaruhnya tak sampai membawa dampak jangka
Panjang. Mengapa itu terjadi, karena melupakan sisi retorika budi pekerti.
Bicara budi pekerti inilah yang inti.
Betapa banyak
orang yang tidak unggul dalam retorika mimbarnya, namun ia mampu mengontrol
prilakunya, bersikap sopan, rendah hati, menghargai orang lain, tidak mudah
menyalahkan orang lain, kasih sayangnya sangat terasa bagi sesama sehingga umur
nasihatnya abadi dikenang orang lain.
Misi dakwah
Nabiyullah Muhammad sallahu alaihi wasaallam bukan semata menyebarkan ilmu atau
pengetahuan. Sebab Nabi tahu, terlalu mendewakan pengetahuan manusia bisa lebih
merusak daripada hewan. Seringkali terjadi mis koneksi antara pengetahuan dan
dan keteladanan. Karenanya jelas ternukil dalam al Quran.
“Sungguh ada
pada diri Nabi Muhammad sallallahu alaihi wassalam suri tauladan yang baik”
[Q.S al Ahzab, 21]
Keteladanan apa
yang ada pada diri Rasulullah sallahu alaihi wasallam? Yaitu kesabarannya dalam
menjalankan perintah Allah. Amanah Dakwah yang beliau emban dengan segala
konsekuensi yang ia hadapi tidak menyurutkan semangat juangnya. Sampai pada
puncak eksekusi blokade dengan para sahabatnya yang dilakukan oleh kaum kuffar.
Namun ketahanan iman dan ketaqwaanya Ia dan para sahabatnya mampu bertahan
sampai kemudian Allah memberikan kemenangan.
Apa yang
diperjuangkan Rasulullah dalam amanah Dakwahnya yaitu nasyrul islam au nasyru
tauhid yaitu menyebarluaskan islam atau tauhid.
Sejatinya, Dakwah itu mengajak manusia
untuk mendekat kepada Allah subhanahu wataala merasakan kehadiran Allah dalam
setiap insan. Seperti apa yang pernah disampaikan oleh Dr. Abbas Baco Miro,
Lc.,MA
“Mendekatlah kepada Allah. Karena, di sana
ada kehidupan yang tak dapat terlihat saat Kita jauh dari-Nya.”
Selamat
berdakwah. Semoga Allah tunjukan jalan keistiqamahan.
Comments
Post a Comment