Komunikasi Dakwah Internasional Imam Shamsi Ali
“Dimana ada kebenaran di situ ada tantangan. Dimana ada tantangan di situ ada kemenangan bagi islam, karena islam ini tidak akan bisa terkalahkan.”
1. Self Konfidence “Semua Kita Bisa” harus membangun kepercayaan. Percaya diri Kita bukan bersumber dari Arogansi, dan kesombongan bukan karena ego yang Kita miliki tapi kepercayaan diri yang bersumber dari bahwa yang Kita sampaikan adalah kebaikan dan kebenaran Al Haqqu Min Rabbik Fala Takunnanna Minal Mumtarin) Kata Mumtarin itu, tidak Goyah punya self konfidence.
2. Milikilah Iqra’ atau Wawasan. Jadi bukan sekadar ilmu dalam arti Kta hafal, Kita baca dari Buku, tapi harus memiliki wawasan Beda antara orang yang berilmu dan orang yang berwawasan. Orang yang berilmu sesungguhnya akan punya wawasan. Tapi ada orang yang berilmu, mohon maaf Dia dibatasi oleh dinding-dinding masjid. Sehingga tidak paham apa yang terjadi di luar sana. Akibatnya apa, Kita kadang berbicara tidak paham situasi dimana Kita berada. Padahal, Rasulullah saw mengatakan Khatibun Naasa Qadra ‘Uqulihim berbicaralah manusia dengan akal fikirannya.
3. Pentingnya Ketaladanan dalam arti kata akhlak. Jangan pernah bermimpi jadi Dai, dalam artian hanya penceramah saja. Ceramah itu hanya 20% maksimal dalam seluruh tatanan dakwah yang Kita lakukan yang terbanyak itu adalah pembuktian. Maka negara-negara muslim itu, harus menjadi tauladan bagi negara-negara yang lain. Itulah makna litakuunu syuhadaa ‘alan nas. Dalam arti bahwa Kita hadir dalam menjadi persaksian manusia menyaksikan Kita dalam segala aspek kehidupan Kita. Ketauladanan penting dalam dakwah.
4. Cummunication Skill
Tidak boleh mengkomunikasikan islam dengan komunikasi bollduzer. Karena jangan sampai yang sudah ada dihancurin, belum tentu bisa memabnagun. Karena Rasulullah adalah Komunikator yang paling ulung. Kadang beliau kata-katanya singkat tapi betul-betul menyentuh, kata-katanya singkat tapi masuk akal dan masuk hati itulah rasulullah.
Dalam hal mengkomunikasikan islam di Dunia barat, bahwa barat adalah negara-negara yang sangat rasional. Islam itu agama yang rasional, walaupun tidak harus dirasionalkan sesuai dengan keinginan Kita. Tapi pastinya islam itu rasional, hanya saja rasionalitas Kita yang terbatas memahaminya.
5. Positif mind.
Lihatlah seluruh manusia itu dengan pandangan positif, sejahat apapun, seburuk apapun, Allah masih berikan kesempatan, selama belum menghembuskan nafas terakhir. Tidak ada orang yang tidak punya kesempatan. Allah itu, Qul ya ibadiya llazina asrafuu 'ala anfusihim laa taqnatuu min rahmatillah, innallaha yagfiruz zunuuba jami'an.
Kadang Kita belajar islam ini, satu buku yang Kita baca, kita ikuti satu ustadz tertentu, seolah-olah kunci surga sudah ada di kantong Kita. Yang lain semuanya neraka. Hati-hati Kita, rendah, tawadhu, positif mind kepada orang lain, dan miliki rahmah kasih sayang.
6. Milikilah optimisme. Dalam berdakwah itu ada dua kemungkinan, tertantang, terhalangi, mengalami kesulitan atau tergoda. Dan tetaplah istiqamah. Jangan pernah lupa bahwa yang namanya kebenaran akan selalu berada di pihak yang menang.
Disampaikan dalam Kuliah Tamu, "Islamic Communication as A Solution in the Era of 5.0" Masjid Subululussalam al Khoory Unismuh, Makassar. 28 November 2022.
Comments
Post a Comment