Literasi dalam Pandangan Islam
Nah, kalau begitu kita butuh pengertian yang lebih luas soal
makna Literasi. National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi
sebagai
“Kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara,
menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam
pekerjaan, keluarga dan masyarakat.”
Dalam definisi tersebut, kita justru menemukan betapa
luasnya cakupan Literasi itu, sebagai bagian dari pada istilah keilmuan.
Walau tak bisa dipungkiri diantara kita masih ada yang menyempitkan pengertian soal literasi dengan
membuat simbol-simbol, yang sesiapa yang tidak mengenali symbol itu, Dia
mencapnya sebagai orang yang tidak kenal dengan dunia literasi.
Bagaimana Prespektif Islam Terhadap Dunia Literasi?
Islam tentu tidak menafikan kata Literasi , terlebih jika dipandang
sebagai sebuah keilmuan . Justru , Islam sangat erat kaitannya dengan dunia
literasi di dalam al Qur an, Allah sudah mengajak kita untuk menentukan satu
pilihan jawaban soal bagaiman pentingnya pengetahuan
﴿ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا
يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ ࣖ ٩ ﴾
Terjemahnnya:
“Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Apakah sama orang-orang yang mengetahui (hak-hak Allah) dengan orang-orang
yang tidak mengetahui (hak-hak Allah)?” Sesungguhnya hanya ululalbab (orang
yang berakal sehat) yang dapat menerima pelajaran. (Az-Zumar:9)
Jika pertanyaan demikian, apakah sama orang yang punya
pengetahuan dengan orang orang yang tidak berpengetahuan ? Tentu jawabannya
adalah tidak.
Ada perbedaan yang sangat terang. Justru, Allah menutup Ayat
itu dengan kata Hanya orang yang berkallah yang dapat menerima pelajaran ilmu
..”
Di dalam al Qur an, bahkan dicantumkan banyak ayat yang
segaja Allah hadirkan untuk mengajak kita untuk berpikir , menghayati . Ini
suatu bukti nyata bahwa al Qur an sangat peduli dengan Literasi atau pengetahuan.
Dengannya, Allah memberikan kedudukan yang khusus dengan istilah darajaat ” di
dalam Bahasa Arab, itu dikategorikan sebagai kata jamak , artinya Allah akan
memberikannya dobel derajat .
﴿ يَرْفَعِ اللّٰهُ
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ
وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ١١ ﴾
Terjemahannya:
“Niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadalah:11)
Jelas dan terang bagaimana Allah meperlakukan orang yang
beriman dan berilmu di antara kita. Ini juga kita bisa maknai sebagai bentuk
penghargaan Allah kepada orang berilmu.
Ada hal yang sangat menarik , menjadi asbab turunnya ayat
tersebut .
Sebagaimana diriwayatkan oleh Qatadah , bahwa ayat itu turun
, ketika Nabi sedang membuat majelis ilmu, dimana dihadiri oleh para sahabat. Namun,
karena tempat yang terbatas, sehingga harus saling pengertian untuk memberikan
tempat bagi yang lainnya. Ini juga menjadi bukti, bahwa sejak awal, Rasulullah
sallallahu alaihi wasallam sangat peduli dengan aktivitas keilmuan walau harus menempati
fasilitas yang serba kurang menunjang . Namun , dalam keterbatasan lahir sebuah
janji yang agung dengan mendapat predikat derajat.
Aktivitas literasi keilmuan kita, sangat diperkuat dengan
datangnya wahyu berupa al Qur an. Di dalam surat al Alaq ayat pertama:
﴿ اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ١ ﴾
Terjemahannya:
“Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang menciptakan!.” (QS.
Al Alaq:1)
Ini jadi semacam agitator yang sangat berpengaruh bagi
kehidupan Literasi kita , sehingga mampu menerangi kehidupan kita sehari. Ketika
ayat itu turun dan diperintahkan Nabi kita memabaca, maka reaksi Nabi terlihat
kebingungan. Sebab, beliau diperintahkan untuk membaca, namun secara nyata
tidak ada teks untuk beliu baca.
Dan ternyata , kata Qara'ah Yaqrau memang sangat luas
pengertiannya. Tidak hanya sebatas membaca tulisan semata , Akan tetapi ada
rgam maknanya Antara lain, proses membaca tanda-tanda kuasa Allah swt berupa
apa yang Allah ciptakan dan sebagainya.
Berbeda dengan kata Talaa Yatlu yang hanya diperuntukkan
jika membaca al Qur an semata Jika kita menelusuri lebih jauh tentang literasi dalam
Islam, maka banyak sumber utama kita jadikan rujukan.
Karenaya Islam adalah Ilmu Pengetahuan
Semua Nabi diutus dengan sebuar risalah, lalu risalah itu
menjadi amanah bagi para nabi itu untuk menyampaikannya kepada setiap umat.
Tarolah, kita mengambil misal dari Nabi Adam ‘alaihissalam. Ia
adalah simbol pengetahuan Literasi. Katika Allah subhanahu wataala berfirman:
﴿ وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى
الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ
صٰدِقِيْنَ ٣١ ﴾
Terjemahannya:
“Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para
malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu
benar!” (QS. Albaqarah:31)
Ketika Nabi Adam as. diajarkan semua nama nama objek, oleh Allah swt , ini menjadi symbol bahwa Literasi yang sesungguhnya datang dari Allah.
Bisa kita membayangkan betapa gelapnya Dunia jika tidak ada literasi
yang dijarkan oleh Allah kepada Mahluknya. Literasi itu , terus berkembang ke
generasi kenabian kedua, setelah Nabi Adam as. yaitu Nabi Idris as. yang punya pengetahuan
yang lengkap dan komplit bahkan Ia disebut sebagai bapak pengetahuan. Karena
saking multitalentanya Ia dalam menyampaikan risalah kenabian.
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh
para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan
ilmu . Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang
banyak.” HR. al Imam at Tirmidzi
Comments
Post a Comment