Khutbah Jumat
Nasihat
Rasulullah kepada Mu’az bin Jabal
Oleh: Arinal Hidayah Amsur, S.Sos
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ كُلُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقْنَٰكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِلَّهِ إِن
كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya
kamu menyembah.”
فاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ
وَلَا تَكْفُرُوْنِ
Artinya:
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah: 152).
عن معاذ بن جبل -رضي الله عنه- أن النبي -صلى
الله عليه وسلم- قال: «يَا مُعَاذ، واللهِ، إِنِّي لَأُحِبُّكَ، ثُمَّ أُوصِيكَ
يَا مُعَاذُ، لاَ تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَة تَقُول: اللَّهُمَّ أَعِنِّي
عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ»
Artinya:
Dari
Mu'āż bin Jabal -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-
bersabda, "Wahai Mu'āż! Demi Allah, sungguh aku mencintaimu. Kemudian aku
wasiatkan kepadamu wahai Mu'āż, jangan sekali-kali di akhir setiap salat engkau
tidak mengucapkan, "Allāhumma a'innī 'alā żikrika wa syukrika wa husni
'ibādatika, (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, berisyukur kepada-Mu
dan beribadah dengan baik kepada-Mu)."
قَالَ ٱلَّذِى عِندَهُۥ عِلْمٌ
مِّنَ ٱلْكِتَٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ
فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى
لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ
ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِىٌّ كَرِيمٌ
Artinya: “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al
Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku
apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang
bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia."
ياا
رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah,
manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab,
«
الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ
فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا
اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ
دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى
الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“Para Nabi,
kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai
dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin
berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan
kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia
berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
وَاِذَا
عَظُمَت المِحْنَةُ كَانَ ذَلِكَ لِلْمُؤْمِنِ الصَّالِحِ سَبَبًا لِعُلُوِّ
الدَرَجَةِ وَعَظِيْمِ الاَجْرِ
“Cobaan yang
semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang sholih untuk
meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar.”
فَاَمَّا
الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ
رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ
Artinya: “Adapun
manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan,
berkatalah dia, “Tuhanku telah memuliakanku.”
وَاَمَّآ
اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ ەۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ
اَهَانَنِۚ
Artinya: “Sementara
itu, apabila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya, berkatalah dia, “Tuhanku
telah menghinaku.”756)
756) Allah
menyalahkan orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan
kemiskinan adalah suatu kehinaan, seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16.
Sebenarnya, kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Allah bagi hamba-hamba-Nya.
Comments
Post a Comment