1. Kedekatan kepada Allah
2. Hubungan keluarga yang baik
3. Sehat jasmani
4. Pekerjaan yang bagus
Jika salah satu diantaranya tidak terwujud atau tidak didapatkan maka tidak lengkap kebahagian itu.
Walaupun sehat jasmaninya pekerjaannya bagus namun hubungan kekeluargaannya tidak bagus, maka tidak sempurna suatu kebahagiaan seseorang.
Walaupun, hubungan keluarganya bagus, pekerjaannya bagus namun hubungannya kepada Allah tidak bagus, tidak taat kepada Allah, maka kebahagiaanya itu tidak sempurna.
Yang paling utama ialah kedekatan kepada Allah. Sebab kedekatan itu mendatangkan ketenagan, mendatangkan kebahagiaan, mendatangkan keridaan, mendatangkan optimisme, menghadirkan kegembiraan, Karena Allah subhanahu wataala berfirman:
﴿ وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى ١٢٤ ﴾
"Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”
Dan yang selanjutnya, adalah hubungan baik kepada keluarga, hubungan baik kepada manusia. Rasululullah sallahu alalihi wasallam bersabada:
الحمد لله رزقنا حب عائشة
"Segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan cinta Aisyah."
Karena fokus utama Syaitan adalah mengganggu kehidupan rumah tangga. Ia menghendaki agar kehidupan rumah tangga seseorang itu retak. Ia menginginkan perpisahan terhadap kehidupan rumah tangga seseorang.
Padahal, sesungguhnya orang mukmin sangat berbahagia dengan keluarganya. Karena Rasulullah sallalahu alaihi wasallam sangat bersyukur dikarunia rasa cinta dari istrinya Aisyah ra.
الحمد لله رزقنا حب عائشة
"Segala puji bagi Allah yang telah mencurahkan cinta Aisyah." Sebab senyumnya, kasih sayangnya, ketawaduanya kelembutannya kepada keluarganya.
Olehnya itu, Nabi menjadikan hubangan keluarga sebagai kebaikan yang mutlaq.
خيركم، خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي
"Sebaik-baik diantara kalian adalah yang baik hubungannya kepada keluargnya. Dan Saya adalah adalah orang yang baik kepada keluargaku."
Disarikan dari ceramah Syekh Dr. Muhammad Ratib An-Nablisi
Comments
Post a Comment